Sebenarnya masih ada 9 orang lagi top sniper Rusia yang berada diatas rekor Vasily Zaitsev. Seperti halnya Vasily Zaitsev mereka semua juga mendapat tanda jasa “Order of Lenin” yang merupakan tanda jasa tertinggi Uni Soviet saat itu .
Kisah kepahlawan Vasily Zaitsev kemudian banyak ditulis dalam berbagai novel antara lain “Stalingrad” , “War of the Rats” dan “Enemy At My Gate” yang kemudian diangkat kelayar perak menjadi film.
Para sniper Rusia tersebut rata-rata menggunakan 2 jenis senjata sbb :
- Mosin Nagant M1891/30 bolt action kaliber 7,62 mm yang dilengkapi dengan telescope dengan pembesaran 3,5X atau 4X (Vasily Zaitsev menggunakan senapan Mosin Nagant ini).
- Tokarev SVT40 semi automatic action kaliber 7,62 mm yang dilengkapi dengan telescope dengan pembesaran 3,5X atau 4X (Nikolay Yakovlevich Ilyin (496 orang) dan Lyudmila Pavlichenko (309 orang) menggunakan senapan ini).
Enemy At My Gate (kisah sebenarnya)
Walaupun tokoh-tokoh dalam film ini banyak yang benar-benar ada , cerita sesungguhnya banyak dirubah dan dibumbui untuk mendramatisir film ini agar enak ditonton , contohnya a.l.:
- Nikolay Kulikov (pengamatnya Vasily) yang dalam film ditembak mati oleh “Major Koenig” waktu sedang melompat . Sesungguhnya dia selamat sampai dengan perang berakhir, bahkan bersama Vasily waktu “Major Koenig” ditembak oleh Vasily.
- Super sniper Jerman yang ditembak Vasily pada akhir film bukanlah “Major Koenig” , tapi Heinz Thorvald.
- Commisar Danilov perwira politik dan propaganda Rusia yang dalam film berjasa mengorbitkan nama Vasily, dia sengaja dilukai oleh “super sniper” Jerman itu untuk memancing agar Vasily keluar dari persembunyiannya untuk menolongnya. Danilov pun tidak mati.
- Dalam keadaan keadaan sesungguhnya, Sniper Jerman tersebut ditembak mati ditempat sembunyinya yang terletak dibawah selembar pelat besi usang ; tidak ditempat terbuka seperti dalam film. Bahkan iapun tak pernah berurusan dengan anak Rusia yang dalam film tersebut digantungnya (cerita ini dikarang hanya untuk melukiskan kekejaman tentara Nazi Jerman) .
Erwin Koenig & Heinz Thorvald (Jerman)
Dalam kesaksiannya setelah perang , Vasily Zaitsev menceritakan bahwa dari jenazah super sniper Jerman tsb. Ia mendapatkan dokumen bahwa sniper Jerman yang ditembaknya bernama Heinz Thorvald, bukan Koenig. Bahkan Vasily tak pernah sama sekali menyebutnya berpangkat Mayor.
Hal ini membuat kontraversi yang tiada habisnya bagi para ahli sejarah militer. Memang diketahui bahwa ada seorang instruktur sniper SS dari sekolah sniper Gnossen yang terletak dekat Berlin, bernama Pengepungan kota Florence (1498).
Sejarah Sniper
Sejak ditemukannya senjata api, snipers sudah berperan besar dalam berbagai sejarah perang. Tetapi aksi sniper pertama yang dicatat sejarah dilakukan oleh seorang seniman terbesar sepanjang masa bernama Leonardo Da Vinci (1452-1519).
Ia menciptakan senapan yang sangat akurat untuk masa itu dan menggunakannya dalam perang Siege of Florence (1498) untuk menembaki para perwira pasukan kerajaan Roma Suci yang mengepung kota Florence, Italia. Konon senapannya mampu menembak dengan tepat sampai jarak 200 meter, jarak yang sangat luar biasa untuk saat itu .
Perang Perancis – Austria (1796-1797)
Ketika pasukan Perancis yang sangat kuat dibawah pimpinan Jendral Napoleon Bonaparte menyerbu Austria, gerak maju mereka terhambat oleh satuan sniper aneh Austria yang hanya bersenjatakan senapan angin.
Banyaknya korban yang jatuh dan kesukaran tentara Perancis untuk mendeteksi keberadaan para sniper Austria membuat Napoleon marah besar dan mengeluarkan perintah resmi agar setiap prajurit Austria yang tertangkap tangan bersama senapan angin, langsung dihukum mati ditempat ; karena mereka dianggap sebagai pembunuh yang pengecut bukan sebagai prajurit.
Hal ini disebabkan tidak terdengarnya letupan senapan ini dari jarak 150 m. Senapan angin sniper ini dibuat oleh seorang ahli senjata Austria yang bernama Bartholomew Girandoni dan senapan ini memiliki magasen yang berisi 20 butir peluru timah berkaliber 13 milimeter . Bahkan untuk standar senjata masa kini, senapan angin sniper buatan abad ke 18 ini masih menakutkan .
Perang Kemerdekaan Amerika (1776-1783)
7 Oktober 1777 Dalam perang kemerdekaan Amerika, Jendral Simon Fraser dari pasukan kerajaan Inggris ditembak mati di Bemis Height, New York (Battle of Saratoga) dari jarak 500 yard oleh seorang sniper bernama Tim Murphy dari kesatuan Kentucky Riflemen.
Tim Murphy menggunakan senapan locok Kentucky Long Rifle kaliber .40 (10 mm). Sebagai akibat gugurnya Jendral Simon Fraser, gerak maju pasukan Inggris terhenti yang mengakibatkan kekalahan Inggris pada pertempuran di Saratoga.
Kekalahan pasukan Inggris di Saratoga ini merupakan awal dari kekalahan mereka dalam perang kemerdekaan Amerika.
Pertempuran laut Trafalgar (1805)
Pada bulan Oktober 1805 armada gabungan AL Kerajaan Perancis dan Spanyol berangkat meninggalkan pelabuhan pelabuhan Cadiz , didekat semenanjung Trafalgar mereka disergap oleh armada AL Kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Admiral Horatio Nelson.
Ditengah pertempuran ini Admiral Nelson yang sedang memimpin dari kapal bendera HMS Victory tiba-tiba jatuh ditembak oleh sniper Perancis yang bertengger ditiang layar kapal perang Redoubtable yang saat itu sedang bertempur jarak dekat dengan HMS Victory.
Sniper Perancis itu menembak Admiral Nelson dengan hanya menggunakan senapan locok dari jarak 75 meter saja. Walaupun pertempuran Trafalgar dimenangkan oleh Inggris, Admiral Nelson tewas karena lukanya yang sangat parah.
Perang Saudara Amerika (1861-1865)
9 Mei 1864 Pada perang saudara Amerika Mayor Jendral John Sedgwick dari pasukan Utara , ditembak mati oleh Sersan Grace dari kesatuan Infanteri ke IV Georgia dari jarak 800 yard di Spotsylvania dengan menggunakan senapan pertandingan Withworth buatan Inggris.
Kematian Jendral J. Sedgwick mengakibatkan terlambatnya gerak maju pasukan Utara yang menyebabkan kemenangan pasukan Konfederasi Selatan pimpinan Jendral Robert E.Lee .
Perang Boer (1899-1902)
Dalam serangan subuh pada tanggal 25 Januari 1900 1.700 orang tentara Inggris yang didukung meriam dan senapan mesin merasa berhasil menduduki salah satu bukit di gunung Spion Kop, Afrika Selatan. Ketika sinar pagi menerangi medan, mereka baru sadar bahwa mereka telah menduduki bukit yang salah.
Bukit yang benar letaknya lebih tinggi dan masih berjarak 300 m dari posisi mereka, sayangnya bukit tersebut masih diduduki oleh pasukan Boer dari kesatuan Carolina Kommandos & Pretoria Kommandos yang mulai menembaki mereka (asal mula nama pasukan komando diambil dari pasukan Boer) . Malam harinya pasukan Inggris terpaksa mundur dengan kehilangan 1.200 orang.
Para sniper Kommandos hanya bersenjatakan senapan Mauser M1895 bolt action kaliber 7 mm yang hanya dapat menembak sekali per kokang , menghabisi tentara Inggris dari jarak 300 meter (tanpa menggunakan telescope).
1903
Belajar dari kekalahan mereka di Spion Kop, Afrika Selatan , Mayor Hesketh Pritchard dari AD Kerajaan Inggris memulai kursus pelatihan sniper pertama didunia yang diberi nama: “The First Army School of Sniping, Observing and Scouting”. Sayangnya AD Kerajaan Inggris tidak memanfaatkannya dengan baik dan tidak memiliki doktrin, organisasi & senjata khusus untuk para snipernya sampai kelak mereka dibuat sadar oleh para sniper Jerman.
1910
Istilah “Sniper” untuk pertama kalinya dipakai sebagai istilah militer resmi bagi penembak runduk oleh AD Jerman. Pencipta satuan sniper dengan standard kwalifikasi, doktrin dan organisasi seperti yang kita kenal sekarang adalah tentara kerajaan Jerman sebelum Perang Dunia ke 1.
Jerman pulalah yang untuk pertama kalinya menciptakan senapan khusus untuk sniper, bahkan mereka juga membuat peluru khusus untuk senapan tersebut.
Senapan khusus sniper ini dibuat berdasarkan senapan Mauser Gewehr 1898 (Gew.98) mm yang kaliber 7,92 mm yang khusus di “tune up” agar sangat tepat tembakannya dan dipasangi telescope pembidik.
Perang Dunia I (1914-1918)
Tingginya korban tentara Inggris yang tewas dengan luka dikepala atau didada, membuat AD Inggris sadar akan kehadiran para sniper Jerman ; hal ini memaksa mereka mencari akal dan bertindak cepat untuk mengatasi masalah ini.
Lord Lovat, seorang bangsawan Skotlandia yang juga perwira AD Kerajaan Inggris segera membentuk resimen Lovat Scout’s Sniper dan merekalah yang pertama kali menggunakan Ghillie Suit (pakaian yang digunakan sniper agar mereka tampak seperti semak-semak) dalam perang.
Ghillie Suit mula-mula digunakan oleh para jagawana Skotlandia yang bertugas menangkap para pencuri dan pemburu liar satwa langka yang dilindungi pemerintah di cagar alam Skotlandia. Para Scout Sniper ini sangat mahir dalam kamuflase dan sangat baik dalam mengintai gerak-gerik pasukan musuh, sayangnya kemahiran menembak mereka kurang dimanfaatkan oleh Inggris.
Rekor sniper tertinggi dalam Perang Dunia I dipegang oleh Francis Pegahmagabow dari AD Kanada yang berhasil menghabisi 378 orang prajurit musuh . Ia menggunakan senapan Ross Mk.3 kaliber .303 (7,7 mm) kemudian Rifle No.3 Mk. I kaliber 7,7 mm .
Billy Sing (Australia)
Sebelum Perang Dunia 1, William Edward (Billy) Sing adalah juara berburu kangaroo dari Clermont, Queensland, Australia dan pada bulan Mei 1914 ia salah satu prajurit Resimen Berkuda Ringan ke 5 Australia yang tiba di Gallipoli, Mesir, tempat pertempuran terbesar antara pasukan Sekutu dengan pasukan Turki dalam Perang Dunia 1.
Billy dan Ion “Jack” Idriess yang menjadi pengamatnya menempati bukit kecil yang bernama Pos Chatam, dipos inilah karir Billy sebagai top sniper dibangun.
Mereka berdua mempersiapkan segala keperluan mereka sebelum fajar dan tak pernah meninggalkan pos mereka sampai dengan matahari terbenam. Dengan demikian pada siang harinya tak ada satu gerakanpun yang terlihat pada pos ini dan sekitarnya. Disini Billy dan Jack dengan penuh kesabaran berdiam diri tak bergerak, sampai ada tentara Turki yang lengah.
Tiap hari korban di pihak Turkipun berjatuhan dan ini membuat mereka ketakutan karena asal tembakan sniper Australia tsb. tak pernah diketahui. Rekor harian Billy yang tertinggi mencapai 9 orang dalam 1 hari.
Pasukan Turki tidak tinggal diam dan segera mengirim top snipernya yang diberi julukan “Abdul the Terrible” (Abdul yang mengerikan) oleh tentara Australia. Abdul seorang sniper profesional AD Turki yang pernah mendapat bintang jasa langsung dari Sultan Turki karena prestasinya.
Bagai seorang ahli forensik profesional, dengan sangat teliti Abdul mempelajari luka pada setiap korban yang tewas, meneliti sudut datang peluru, mewawancarai para saksi dan merekonstruksikan kejadian saat korban tewas. Dari hasil penelitiannya ia sampai pada kesimpulan bahwa tembakan sniper musuh itu berasal dari bukit Pos Chatam.
Tepat seperti yang dilakukan oleh Billy, diam-diam Abdul pun segera membuat pos tersembunyi khusus untuk mengawasi bukit itu saja, tanpa menghiraukan sasaran-sasaran yang menggiurkan lalu lalang didepannya.
Suatu hari Pratu Tom Sheehan (pengamat Billy saat itu) sedang mengamati kubu pasukan Turki dengan telescope, tiba-tiba “Dar” ia ditembak dan peluru Abdul masuk tepat dari ujung telescopenya, keluar dari pangkalnya, terus menembus kedua tangan, kemudian masuk mulut Tom dan keluar dari pipi kirinya untuk kemudian menancap dibahu kanan Billy.
Karena lukanya yang parah Tom Sheehan langsung dikirim kembali ke Australia, ia beruntung tidak sedang menaruh telescope pada matanya; sedangkan Billy harus beristirahat selama 1 minggu. Billy sadar lawan yang hebat telah menemukan persembunyiannya .
Begitu sembuh dari lukanya segera kembali ke pos Chatam; berhari-hari ia dan pengamatnya hanya duduk mengawasi wilayah pasukan Turki untuk mencari si Abdul. Suatu hari saat fajar mulai bersinar, pengamatnya berbisik “ada sasaran”; Billy yang segera mengambil telescope itu, alangkah terkejutnya ketika ia mendapatkan dirinya tepat memandang wajah dan ujung laras senapan Abdul.
Billy pun segera mengambil senapannya dan membidik , dalam waktu bersamaan Abdul pun membidikkan senapannya, “Dar” Billy menembak lebih cepat dan pelurunya tepat bersarang diantara kedua mata Abdul . Kedua top sniper nasional ini berbuat kesalahan yang sama, yaitu “tidak berpindah tempat setelah menembak” .
Abdul memang seorang sniper professional yang telah mempersiapkan segalanya; tidak lama setelah Abdul tewas, Turki segera menembakkan meriamnya ke Pos Chatam, sayangnya peluru pertama jatuh meledak tepat dimuka tempat sembunyi Billy. Billy dan pengamatnya sedang berlari secepat cepatnya ketika peluru kedua meledakkan posnya .
Billy menggunakan senapan Short Magazine Lee Enfield (SMLE) No.1 Mark III buatan Inggris kaliber .303 (7,7 mm) dan Abdul menggunakan senapan Mauser Gewehr 1898 kaliber 7,92 mm . Pada akhir perang, rekor resmi Billy Sing yang diakui AD Australia : 150 orang musuh (201 orang menurut catatan Billy) . Sayangnya tidak ada sedikitpun catatan mengenai Abdul .
Alvin C .York (Amerika)
Dalam penyerbuan pasukan Sekutu dihutan Argonne-Meuse, Belgia tahun 1918; gerak maju Divisi ke 82 Amerika terhenti oleh banyaknya sarang senapan mesin Jerman.
Sadar bahwa pasukan induk mereka tidak akan dapat maju dengan serbuan frontal, peleton Kopral Alvin C.York memutuskan untuk bergerak melambung dan menghabisi kubu kubu pertahanan Jerman dari belakang. Gerakan peleton ini diketahui oleh Jerman yang menembaki mereka hingga seluruh anggota peleton terluka atau gugur (kecuali Alvin York sendiri).
Sendirian ia terus bertempur melawan pasukan Jerman dan pada akhir pertempuran ia berhasil membunuh 25 orang lawan, membungkam 35 kubu senapan mesin dan menawan 132 orang tentara Jerman. Alvin York menggunakan senapan Springfield 1903 kaliber 30.06 (7.62 mm) dan pistol Government Model 1911 kaliber .45
1930
Taktik team sniper 2 orang pertama kali diadopsi oleh AB Uni Soviet (Rusia) . Dikemudian hari taktik ini terbukti lebih efektif dari taktik sniper 1 orang , yang saat itu dipakai oleh kebanyakan negara-negara maju lainnyaDalam organisasi tentara Rusia, satuan sniper sudah merupakan bagian terpadu dari taktik infanteri mereka dan satuan sniper ini diberi kebebasan yang cukup dalam melaksanakan insiatifnya sendiri.
Pada Perang Dunia ke 2 setiap hari satuan-satuan setingkat peleton dan kompi Rusia mengoperasikan snipers dalam jumlah yang besar.
Perang Dunia II (1939 – 1945)
Perang Dunia II adalah perang besar yang paling banyak menghasilkan rekor-rekor sniper yang spektakuler yang tak akan bisa terpecahkan lagi pada masa kini . Dari 54 orang top snipers Perang Dunia II yang tercatat dalam sejarah , 49 orang dari mereka menembak lebih dari 100 orang tentara musuh dan 6 orang diantaranya adalah wanita.
Masih banyak top sniper dari berbagai negara yang tidak pernah dicatat dalam sejarah Perang Dunia II, karena umumnya kegiatan para snipers termasuk dalam kategori rahasia militer (kecuali bila untuk kepentingan propaganda), ditambah lagi oleh banyaknya dokumen-dokumen yang hilang, musnah karena perang dan rusak dimakan usia.
Selama puluhan tahun para pencinta sejarah militer dan para penggemar senjata bersusah payah mengumpulkan dan menverifikasi ulang berbagai dokumen, data-data dan cerita mengenai para top snipers.
Walaupun Finlandia memegang rekor tertinggi sniper dunia , daftar top snipers Perang Dunia II didominasi oleh para snipers Rusia. Ini merupakan bukti bahwa pelatihan, organisasi, taktik dan strategi untuk para sniper Rusia lebih maju dari negara-negara lain saat itu. Sniper dan aksi sniper yang terkenal (bukan hanya yang tertinggi rekornya) dalam perang ini antara lain sbb. :
Simo Hayha (Finlandia)
Rekor sniper tertinggi dalam Perang Dunia II dipegang oleh Simo Hayha dari AD Finlandia yang berhasil menghabisi 542 orang tentara Rusia. Yang paling mengagumkan, Simo Hayha bertempur hanya dengan menggunakan senapan bolt action Mosin-Nagant M39 kaliber 7,62 mm buatan Rusia tanpa telescope dan bahkan kadang-kadang ia harus menembak musuhnya dari jarak lebih dari 600 yard.
Simo memang seorang juara menembak yang memiliki banyak sekali koleksi medali dan piala yang dimenangkannya dari berbagai pertandingan . Simo Hayha meninggal dunia tanggal 1 April 2002 yang lalu pada usia 96 tahun.
Sulo Kolkka (Finlandia)
“Secara sniper” (tembakan jarak jauh dengan senapan Mosin-Nagant M39) Sulo Kolkka berhasil menembak lebih dari 400 orang tentara Rusia; tetapi diluar jumlah tersebut ia juga menghabisi 200 orang musuh lagi dengan menggunakan submachine gun (istilah TNI : pistol mitralyur) Suomi M/1931 kaliber 9 mm Parabellum buatan Finlandia yang terkenal akurat . Ke 600 orang tentara Rusia itu semua dihabisinya dalam waktu 105 hari saja.
Saat bertugas sebagai sniper, Sulo Kolkka mempunyai “hobby” untuk beroperasi sendirian jauh dibelakang garis pertahanan pasukan musuh ; hal ini amat membuat takut dan frustasi pasukan Rusia yang semula mengira mereka aman digaris belakang.
Akibat dari “kenakalannya” ini, Sulo sering sekali diburu oleh tentara dan sniper Rusia ; tetapi diakhir setiap perburuan ini dialah yang selalu menghabisi para pemburunya.
Dalam suatu operasi pengejarannya , Sulo berduel dengan seorang sniper Rusia selama beberapa hari dan berhasil menghabisinya dengan tembakan tunggal dari jarak 550 m tanpa telescope dengan hanya menggunakan senapan bolt action Mosin-Nagant M/39 tanpa telescope.
Finlandia memang dikenal sebagai gudangnya para penembak jitu yang ahli dalam kamuflase dan menembak sambil meluncur dengan ski . Sepanjang perang Finlandia-Rusia yang terkenal sebagai Winter War , pihak Rusia kehilangan 1.000.000 orang tentaranya dari 1.500.000 orang tentara yang menyerbu Finlandia; sedangkan pihak Finlandia kehilangan 25.000 orang (1 : 40) .
Dalam suatu pertempuran musim dingin , 32 orang prajurit Finlandia ditugasi menahan serbuan 4.000 orang tentara Rusia (1:125) ; dengan menggunakan taktik tembak lari diakhir pertempuran tersebut seluruh 4.000 orang tentara Rusia tersebut tewas dan hanya 4 orang tentara Finlandia yang masih tersisa hidup . Mereka berhasil mempertahankan garis pertahanan mereka .
Untuk memperingati kepahlawanan para prajurit Finlandia dalam Winter War , setiap tahun Finlandia menyelenggarakan pertandingan menembak biathlon yang kini termasuk dalam salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan dalam Winter Olympic dunia . Disini para penembaknya harus menembak 5 buah sasaran yang terpisah dengan senapan kaliber .22 dan menggunakan ski untuk lari meluncur keposisi tembak berikutnya .
Sniper tak dikenal Belanda
Pada tanggal 14 Mei 1940 Jendral Kurt Student, panglima pasukan para AU Jerman yang sedang mengadakan inspeksi ke garis depan terluka parah oleh tembakan tunggal seorang sniper marinir Belanda yang mempertahankan kota Rotterdam dari jarak 800 yard.
Sniper Belanda ini menggunakan senapan Mannlicher kaliber 6,5 mm Model 1895. Sebagai akibat dari tertembaknya Jendral Kurt Student, Hitler memerintahkan bomber-bomber AU Jerman untuk meratakan kota Rotterdam dengan “carpet bombing” .
Vasily Zaitsev (Rusia)
Duel sniper lawan sniper yang paling terkenal didunia adalah duel antara Sersan Kepala Vasily Gregorievich Zaitsev (400 orang korban) dengan Mayor Koenig dari Jerman. Pada bulan Oktober 1942 , pasukan Jerman telah berhasil menguasai 90% kota Stalingrad yang sudah menjadi puing akibat tembakan artileri kedua belah pihak. Tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, suatu pertempuran yang begitu didominasi oleh para snipers .
Disini para serdadu kedua belah pihak saling tembak, menggali terowongan, lari dan sembunyi diantara puing-puing bangunan yang kini menjadi surganya bagi para snipers.
Oleh para serdadu Jerman perang semacam ini dinamakan “Rattenkrieg” atau the “War of Rats” (Perang Tikus).
Vasily yang sebelumnya seorang gembala sederhana dari pegunungan Ural menjadi top sniper Rusia di Stalingrad.
Dalam 10 hari pertama ia berhasil menembak mati 40 tentara Jerman dan pada waktu rekornya mulai mendekati 100 orang , ia digunakan oleh team propaganda Rusia yang memerlukan kisah heroik guna membangkitkan kembali semangat juang rakyatnya dan menjatuhkan moril tentara Jerman.
Menanggapi propaganda Rusia ini, Jerman menerbangkan khusus “Super Sniper”nya dari Berlin ke Stalingrad untuk menghabisi Vasily . Dari keterangan seorang tawanan Jerman, diketahui bahwa super sniper ini bernama Mayor Koenig, komandan sekolah sniper Zossen.
Jerman memang sengaja membuat propaganda tandingan, bahwa Vasily sebentar lagi akan dihabisi oleh super sniper mereka (perang propaganda). Dengan berita kedatangan super sniper Jerman ini, Vasily dan Nikolay Kulikov (pengamatnya) diberi tugas khusus untuk mencari Mayor Koenig.
Untuk menemukan dan membedakan Mayor Koenig dari snipers Jerman lain yang beroperasi di kota Stalingrad, Vasily harus mengetahui kebiasaan, gaya menembak dan cara kamuflase sniper Jerman ini . Berhari-hari sudah observasi mereka untuk menemukan dimana Mayor Koenig beroperasi tidak membuahkan hasil ; kemungkinan besar ia sering berpindah tempat guna mencari Vasily.
Titik terang tiba ketika mereka mendapat berita duka atas gugurnya Morosov dan terlukanya Sheykin; kedua sniper berpengalaman ini sebelumnya sudah sering memenangkan duel dengan para sniper Jerman. Kini sudah dapat dipastikan kalau mereka ditembak oleh seorang super sniper .
Vasily, Nikolay dan Commisar Danilov (seorang perwira politik dan propaganda) yang hendak menyaksikan langsung duel bersejarah top sniper kedua negara ini, segera bergegas menuju ke posisi dimana kemarin kedua sniper Rusia tertembak .
Setelah 3 hari terus menerus mengawasi lokasi tersebut , tiba-tiba Commisar Danilov berkata : Nah, itu dia ! akan kutunjukkan tempatnya padamu ! Tak sampai 1 detik Danilov yang dengan ceroboh mengangkat sedikit tubuhnya dari parit persembunyiannya Dar ! ia langsung roboh dan terluka .
Sniper Jerman itu sengaja menembak tanpa membunuhnya, suatu tembakan yang hanya dapat dilakukan oleh sniper yang sangat berpengalaman (jarak 450 m). Si Jerman sengaja memancing mereka dengan menggunakan helm Jerman yang digerakkan dari jauh dan Danilov pun tertipu .
Tetapi dengan tembakan tadi, Vasily mendapat gambaran bahwa arah tembakan itu kira-kira dari muka posisi mereka. Disebelah kanan terdapat sebuah tank rusak, disebelah kiri ada bunker kecil sedangkan diantaranya terbentang tanah lapang dimana terdapat setumpukan puing dan selembar pelat besi karatan yang sudah lama tergeletak disana.
Tapi dimanakah ia bersembunyi? kemudian Vasily berusaha keras membayangkan dirinya menjadi sniper Jerman itu. Ia sampai pada kesimpulan bahwa yang diperlukannya adalah menggali sebuah Kolonel Heinz Thorvald. Heinz Thorvald diketahui telah berhasil menembak 300 orang tentara Rusia.
Tetapi waktu novel “War of the Rats” karangan David L.Robbins diluncurkan (1999), ada seorang yang mengaku keluarga dari Koenig menilpon David dan mengakui bahwa Erwin Koenig yang telah berhasil menembak 400 orang tentara Rusia memang gugur ditembak oleh Vasily Zaitsev di Stalingrad.
Sampai dimana kebenaran hal itu? wallahualam ; karena dalam pertempuran Stalingrad ratusan snipers dari kedua pihak terlibat disana.
Para sniper Jerman menggunakan senapan bolt action Mauser Kar. 98 kaliber 7,92 mm bertelescope dengan pembesaran 1,5X , 4X atau 6X atau senapan semi automatic Walther Gewehr 43 kaliber 7,92 mm bertelescope dengan pembesaran 4X .
Lyudmila Pavlichenko (Rusia)
Pada bulan Juni 1941 saat Jerman menyerbu Rusia , Lyudmila Pavlichenko (24 tahun) adalah mahasiswi jurusan sejarah Universitas Kiev. Sambil kuliah, gadis cantik ini bekerja paruh waktu di pabrik senjata dikota tersebut; selain itu ia juga anggota klub menembak Kiev yang membinanya menjadi seorang atlit menembak sejak umur 14 tahun.
Waktu ia mendaftarkan dirinya untuk menjadi prajurit, perwira rekrutmen yang menerimanya serta merta menertawakannya dan menolaknya; kemudian ia menganjurkannya agar Lyudmila menjadi perawat saja.
Lyudmila yang keras hati itu segera memperlihatkan sertifikat menembaknya dan diterima di Divisi Infanteri ke 25. Ia kemudian menjadi salah satu dari 2.000 orang sniper wanita Rusia, yang diakhir perang hanya tersisa 500 orang. Lyudmila bertempur selama 2 bulan di front Odessa dan difront ini ia berhasil menghabisi 187 orang musuh.
Dari sini divisinya dipindah kefront Sevastopol , Semenanjung Krimea . Dibulan Mei 1942 rekor Letnan Lyudmila Pavlichenko bertambah menjadi 257 orang dan pada bulan Juni 1942 ia terluka oleh ledakan mortir. Karena ia sudah menjadi pahlawan nasional, kurang dari satu bulan setelah ia keluar dari rumah sakit Lyudmila ditarik dari medan tempur .
Saat itu secara resmi rekornya telah mencapai 309 orang , termasuk didalamnya 6 orang sniper Jerman . Yang menarik, dari salah satu sniper Jerman ini Lyudmila menemukan log book yang menunjukkan bahwa ia sudah menembak 500 orang tentara Rusia . Hal ini tidak pernah tercatat dalam dokumen tentara Jerman dan sayangnya log book tersebut hilang sehingga nama sniper tersebut tak pernah diketahui .
Seperti halnya Vasily Zaitsev, sebagai pahlawan wanita Lyudmila dimanfaatkan habis-habisan oleh team propaganda Rusia yang mengirimnya ke Kanada dan Amerika Serikat . Lyudmila adalah warga negara Rusia pertama yang diterima oleh Presiden Amerika Serikat .
Ibu Negara Ny. Eleanor Roosevelt mengundangnya untuk tour keliling Amerika guna menceritakan kisah kepahlawanannya . Di Kanada ia mendapat hadiah senapan Winchester bertelescope yang kini menghiasi Museum Pusat Angkatan Bersenjata Rusia di Moskow dan oleh Amerika ia dihadiahi pistol Colt Government 1911 kaliber .45.
Ditahun 1943 ia menerima Bintang Emas Pahlawan Uni Soviet dan tidak pernah kembali lagi kefront ; tetapi diangkat menjadi instruktur sniper dimana ia telah berhasil melatih ratusan orang sniper. Waktu perang berakhir ia berpangkat Mayor dan kembali ke Universitas Kiev untuk menyelesaikan kuliahnya, kemudian ia menjadi Asisten Riset di Markas Besar AL Soviet sampai tahun 1953.
Lyudmila Pavlichenko meninggal pada tanggal 10 Oktober 1974 pada usia 58 tahun dan dimakamkan Taman Makam Pahlawan Novodevichiye, Moskow .
Sniper Jepang
Kita sudah sering membaca dalam sejarah perang Pasifik, maupun melihat di film-film perang seperti Wind Talker dan Thin Red Line bahwa disetiap medan, gerak maju ribuan pasukan Amerika yang bersenjata lengkap selalu dihambat oleh beberapa orang sniper Jepang saja.
Walaupun tidak ada catatan resmi mengenai sniper-sniper Jepang, pasukan Amerika mencatat mereka sebagai sniper yang mahir dalam kamuflase , tangguh, cerdik dan fanatik . Mereka memakai helm yang khusus diberi kawat-kawat untuk memasang daun-daunan, mereka juga menggunakan cadar kelambu hijau untuk menutupi bahu dan kepala agar wajah mereka yang berkulit terang tidak terlihat (kelambu hijau ini kini menjadi salah satu perlengkapan kamuflase standard sniper berbagai negara) .
Salah satu taktik favorit sniper Jepang adalah bersembunyi diatas pohon, untuk itu mereka memakai sepatu “Ninja” yang mempunyai tempat jempol terpisah, agar memudahkan mereka memanjat pohon (sepatu ini dapat dilihat di Museum Satrya Mandala).
Untuk mengatasi gangguan para sniper Jepang ini, pasukan Amerika selalu memberondong setiap pohon yang dicurigai sebagai tempat sembunyi sniper dengan senapan mesin bahkan dengan meriam anti tank 37 mm yang berpeluru sembur.
Para sniper Jepang menggunakan senapan sniper Arisaka Meiji Type 97 kaliber 6,5 mm kemudian diganti dengan Type 99 kaliber 7,7 mm . Senapan ini memiliki monopod (kaki tunggal) yang dapat dilipat dan telescope dengan pembesaran 4 X (banyak sniper Jepang yang tidak mendapat telescope bagi senapan mereka.
Ditulis oleh: Johnny Santoso
bagus
cerita yang menarik…ijin copas dengan tetap akan cantumkan sumber link dan penulisnya ya bro…
bgus….bau tau citer sbnr enmy at the gtes….. mnarik;