Dalam Perang Dunia ke 2 perlombaan teknologi senjata berlangsung dengan sangat cepat, dimulai dengan diketemukannya radar, artileri roket, pesawat jet, bazooka, senapan serbu, peluru kendali dan lain-lain yang diakhiri dengan bom atom.
Senapan sniper juga berkembang dengan pesat, dimulai dengan Rusia yang mengeluarkan senapan sniper semi automatic pertama didunia Tokarev SVT38 (kemudian digantikan SVT40).
Jerman segera mengikutinya dengan menjiplak Tokarev SVT40 menjadi senapan semi automatic Gewehr 41 (Walther) yang kemudian digantikan Gewehr 43 (G43) buatan Walther.
Angkatan Darat Amerika pun tak mau ketinggalan dalam perlombaan senapan sniper ini dengan mengeluarkan senapan Garrand M1C dan M1D, sedangkan US Marine Corps yang lebih konservatif tetap menggunakan senapan sniper bolt action Springfield M1903.
Sementara itu Inggris juga bersikap konservatif dan menganggap senapan semi automatic kurang akurat dan handal untuk dijadikan senapan sniper. Sampai akhir perang, Angkatan Bersenjata Inggris tetap setia menggunakan senapan sniper bolt action L42A1 yang dibuat berdasarkan senapan Lee Enfield Mk. IV
Senapan semi automatic memungkinkan sniper menembak lebih dari 1 sasaran dengan cepat; bahkan bila tembakan pertama meleset, ia masih punya kesempatan berikutnya untuk menembak musuh dengan cepat. Tetapi karena teknologinya yang belum matang, senapan sniper semi automatic (saat itu) masih punya banyak kekurangan a.l. lebih berat, mahal, rumit, kurang handal/sering macet dan kurang akurat untuk jarak diatas 500 m.
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia ke 2, Jerman juga bereksprimen membuat senapan serbu (assault gun) pertama Strumgewehr 44 (Haenel) yang diberi telescope untuk sniper jarak pendek (dibawah 300 m).
Selain senapan, teropong/alat bidik (telescope) pun berkembang kekuatan pembesarannya, dimulai dari 1,5X kemudian 3,5X, 4X dan terakhir 6X. Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia ke 2, Jerman menciptakan teropong malam infra merah pertama didunia.
Telescope infra merah itu masih harus dibantu dengan lampu sorot infra merah yang dipasang pada senapan serbu Strumgewehr 44 (Stg 44) buatan Haenel.
Oleh Jerman sistim ini diberi nama “Vampir”; walaupun jarak pandangnya masih belum jauh (+150 m), sistim Vampir ini memungkin sniper mereka untuk menembak musuh dengan tepat dikegelapan malam.
Perang Korea
Pada perang Korea tidak ada kemajuan yang berarti dalam taktik sniper dan teknologi senapan sniper, karena kedua belah pihak masih menggunakan taktik dan senapan sniper sisa dari Perang Dunia ke 2; kecuali Amerika yang mengeluarkan senapan sniper M1 Carbine berteropong malam infra merah.
Teropong malam infra merah ini hasil jiplakan dari sistim “Vampir” nya Jerman; seperti halnya Vampir, jarak pandangnya belum jauh. Oleh karena itu Amerika memasangnya pada senapan M1 Carbine yang ringan dan berjarak tembak pendek (200 m).
Perang Vietnam
Tahun 1966 pasukan Marinir Amerika (US Marine) mulai merasakan gangguan sniper Vietcong, untuk mengatasi masalah ini mereka segera membuka sekolah khusus sniper dan mengganti senapan sniper M1C Garrand dan Springfield mereka dengan senapan buru bolt action Winchester 70 kaliber 30.06″ yang dimodifikasi bertelescope Redfield 6X; senapan ini terkenal sebagai senapan berburu yang akurat.
Sedangkan US Army minta pabrik senapan Springfield untuk membuat senapan sniper berdasarkan senapan serbu standar Amerika saat itu, yaitu M14. Kemudian nama resmi senapan sniper semi automatic ini adalah M21.
Dipihak lawan, satuan snipers pasukan Vietcong dan Vietnam Utara menggunakan senapan sniper Mosin Nagant M1891/30 bolt action kaliber 7,62 X 54R mm buatan Rusia yang sudah terbukti kehandalannya.
Perang Vietnam menghasilkan rekor-rekor snipers kedua belah pihak, sayangnya tidak ada rekor sniper yang diketahui dari pihak Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Rekor dari pihak Amerika a.l. sebagai berikut:
- Adelbert Waldron III, US Army : 109 korban
- Charles B. Mawhinney US Marine : 103 korban
- Eric R.England, US Marine : 98 korban
- Carlos N.Hathcock II, US Marine : 93 korban dan belasan snipers lainnya
Carlos N.Hathcock juga memecahkan rekor tembakan tunggal terjauh (2.000 m) pada perang Vietnam dengan menggunakan senapan mesin berat Browning M2 kaliber.50 (12,7 mm) yang telah dimodifikasinya menjadi senapan sniper berat jarak jauh bertelescope Unertl 8X. Disini pula untuk pertama kalinya senjata berkaliber.50 (12,7 mm) dipakai untuk senjata sniper
Konflik Timur Tengah
Perang Arab – Israel I (1967) & II (1973) dan konflik-konflik bersenjata di Timur Tengah lain yang diikuti dengan meningkatnya kegiatan terorisme diberbagai belahan dunia, fungsi dan tugas sniper berkembang pesat baik pada organisasi militer maupun polisi.
Pada militer organisasi satuan sniper berkembang menjadi beberapa macam a.l. team sniper, team scout sniper (sniper intai) dan marksmen (penembak jitu). Setiap kesatuan infanteri reguler memiliki team sniper maupun team penembak jitunya sendiri, demikian pula pasukan khusus (dan pasukan anti terornya). Bahkan satuan penjinak ranjau/bom (dibawah pasukan Zeni Tempur) banyak yang memiliki team penembak jitu (marksmen) nya sendiri.
Perkembangan senapan sniperpun berkembang pesat, sebagai contoh dalam perang Arab-Israel kedua belah pihak mulai menggunakan senapan sniper semi automatic.Pihak Arab kebanyakan memakai senapan sniper SVD Dragunov buatan Rusia, sedangkan Israel menggunakan M21 Springfield buatan Amerika dan Galil (Galatz) buatan Israel sendiri.
Sementara itu AB Amerika sendiri mengkaji ulang pengalaman sniper mereka di Vietnam dan berrbagai konflik lainnya. US Marine menyempurnakan senapan sniper mereka menjadi M40 yang dibuat berdasarkan senapan bolt action Remington 700.
Tertarik akan kehandalan dan keakuratan senapan M40 nya Marinir, US Army pun segera membuat senapan sniper bolt action berdasarkan senapan Remington 700 dan senapan ini diberi nama M24 ( senapan sniper M21 masih dipakai oleh para marksmen AD dan Marinir ).Meningkatnya kegiatan terorisme dan penyanderaan dimana-mana, menyebabkan Polisi berbagai negara berlomba-lomba membentuk satuan sniper dan marksmennya sendiri.
Umumnya team sniper dan markmen merupakan bagian dari pasukan anti teror atau pasukan SWAT.
Rancangan senapan sniper untuk keperluan polisi dan anti teror pada umumnya lain dengan rancangan senapan sniper untuk keperluan militer; karena menurut perhitungan statistik polisi umumnya membutuhkan senapan sniper yang lebih akurat daripada senapan sniper militer (contoh : untuk menembak teroris yang berlindung diantara sandera), tapi dengan jarak tembak tidak lebih dari 400 m.
Berbagai macam senapan sniper berpresisi tinggi untuk Polisi dibuat dan ditawarkan oleh berbagai negara a.l. Heckler & Koch PSG-1, Remington 700, SIG 3000, Parker Hale M82, Walther WA2000, Accuracy International dll.
Perang Malvinas (Falkland)
Pada perang antara Inggris dan Argentina yang memperebutkan kepulauan Malvinas (Falkland), untuk pertama kalinya sniper dari kedua belah pihak bertempur dimalam hari dengan menggunakan telescope malam pasif Starlight yang dipasang diatas senapan serbu FN FAL kaliber 7,62 X51 mm NATO.
Pada pertempuran di Goose Green dan Port Stanley, batalyon ke 2 Resimen para Inggris tertahan gerak majunya oleh sniper Argentina yang menggunakan senapan bertelescope malam. Dalam pertempuran ini snipers Argentina lebih unggul karena telescope malam mereka lebih canggih (Generasi ke 2) daripada telescope malam sniper Inggris (Generasi ke 1), sehingga korban dipihak Inggris terus bertambah.
Untuk mengatasi hal ini, pasukan Inggris segera menggunakan peluru kendali anti tank “Milan” untuk menghancurkan tempat persembunyian para sniper Argentina. Peluru kendali Milan ini memiliki telescope malam yang lebih besar dan kuat daripada telescope senapan sniper. Disamping itu jarak tembaknya jauh diatas (4.000 m) jarak tembak efektif senapan sniper yang hanya 600 m.
Perang Teluk I (Kuwait)
Senapan kaliber besar kaliber.50 (12,7 mm) yang dirancang khusus untuk senapan sniper. Senapan ini pertama kali digunakan pada perang Teluk I. Senapan sniper semi automatic ini bernama Barret M82A1 yang memiliki jarak tembak efektif sampai 1800 m.
Mula-mula senapan ini digunakan oleh team penjinak bahan peledak US Army untuk meledakkan bom & ranjau yang tidak bisa dijinakkan dari jarak jauh / aman. Kemudian senapan ini dipakai juga oleh pasukan khusus Amerika dan Inggris (SAS) sebagai senapan sniper anti-material untuk menembaki panser, meriam, pesawat terbang, radar dan peluncur peluru kendali “Scud” Irak. Untuk keperluan ini, digunakan peluru khusus yang dapat meledak dan membakar sasaran (peluru Raufoss).
Perang Afghanistan I
Untuk menangkal penyergapan-penyergapan konvoy truk-truk logistik yang sering dilakukan oleh para gerilyawan Mujahiddin, Rusia segera menempatkan team sniper yang bersenjatakan senapan sniper SVD Dragunov pada setiap konvoy truk-truk logistik mereka.
Menanggapi keluhan para sniper yang mengatakan bahwa senapan SVD Dragunov terlalu panjang untuk dapat bergerak leluasa didalam kendraan lapis baja mereka, pabrik Dragunov menyempurnakannya menjadi SVDS yang berpopor lipat.
Sementara itu sniper pasukan Spetznas (pasukan khusus Rusia) yang mulai memburu para gerilyawan Mujahiddin digunung-gunung (1986) untuk pertama kalinya menggunakan senapan sniper semi automatic berperedam suara VSS Vintorez yang berpeluru sub-sonic kaliber 9X39 mm. Kedua senapan ini sangat ditakuti oleh para gerilyawan Mujahiddin.Perang Afghanistan II
Dalam medan perang yang gundul dan berbukit-bukit curam, senapan sniper yang berjarak jauh sangat diperlukan, untuk itu pihak koalisi memakai berbagai macam senapan sniper, termasuk senapan sniper kaliber besar (12,7 mm). Dalam Operasi Anaconda rekor jarak tembak terjauh sniper yang dibuat Carlos Hathcock dalam perang Vietnam dipecahkan oleh sniper Kanada yang menembak seorang pengamat mortir Taliban dari jarak 2.500 m. Sniper Kanada ini menggunakan senapan bolt action Mac Millan kaliber.50″.
Konflik Chechnya I
Pada Konflik Chechnya I (1994-1996) pasukan Rusia yang morat-marit dan sudah jatuh morilnya karena runtuhnya negara Uni Sovyet, dikalahkan secara memalukan oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Chechnya pimpinan Presiden Dzokar Dudayev yang bercita-cita mendirikan negara yang berdaulat sendiri. Pasukan Rusia yang bersenjata lengkap dan didukung pesawat pembom, helikopter, artileri, panser dan tank terjebak dikota Grozny.
Ratusan tank dan panser Rusia berhasil dihancurkan para pejuang Chechnya di Grozny yang menjadi perang kota terbesar setelah Stalingrad.
Kedua belah pihak menggunakan taktik, strategi dan persenjataan yang sama. Para snipers kedua belah pihak menggunakan senapan sniper SVD Dragunov dan senapan sniper berperedam suara VSS Vintorez. Guna membalas kekalahan ini Rusia memerlukan beberapa tahun untuk mengorganisir, melatih kembali tentaranya dan menciptakan taktik dan strategi baru.
Konflik Chechnya II
Pada konflik Chechnya II (tahun 2000) pasukan Rusia berhasil merebut kota Grozny dari tangan para pejuang Chechnya dengan taktik baru dan koordinasi terpadu berbagai macam pasukan elite.
Beberapa jam sebelum pasukan lapis baja bergerak masuk kekota Grozny, tembakan artileri terus menerus menghujani kota Grozny. Kemudian, sejumlah besar satuan snipers pasukan khusus Rusia (Spetsnaz) diturunkan dengan helikopter dipuncak gedung-gedung tinggi strategis dikota Grozny dengan dilindungi oleh helikopter-helikopter tempur Mi-24.
Setelah puncak gedung-gedung strategis dikuasai para snipers, pasukan lapis baja yang dilindungi oleh infanteri mendobrak masuk kota Grozny. Pasukan Rusia yang bergerak maju, dilindungi oleh tembakan para sniper dari atas gedung-gedung tinggi.
Selain memberikan tembakan perlindungan, para sniper Spetsnaz ini juga bertugas sebagai pengamat yang terus menerus memberikan informasi situasi medan pada pasukan yang bergerak dibawahnya dan mengarahkan tembakan artileri pada setiap kubu pertahanan musuh yang kuat.
Sementara itu, pasukan lapis baja dan infanteri menghindar dari jalan-jalan yang telah dibarikade dan dipasangi ranjau dengan cara menjebol dinding-dinding gedung sekitar pertahanan pejuang-pejuang Chechnya. Dengan taktik ini, pertahanan para pejuang Chechnya dengan mudah dihabisi oleh team sniper Spetsnaz.
Boleh dikatakan pertempuran merebut kota Grozny ini dimenangkan oleh pasukan snipers. Taktik Rusia di Grozny ini kemudian ditiru oleh Israel untuk membersihkan kota Jenin dari gerilyawan Palestina.
Kekalahan ini memaksa para pejuang Chechnya untuk bersembunyi digunung-gunung atau lari kenegara tetangganya. Kini para pejuang Chechnya hanya bisa melawan dengan cara membuat berbagai macam teror diberbagai kota di Rusia, seperti yang baru-baru ini terjadi di Moskow dan Osetia.
ditulis oleh : Johnny Santoso
ane bw tembak 2ne gan
peninggalan engkong dulu
hikz hik
Kalo pas nge game, gue suka pake senjata ini
Terima kasih Mas..
tulisan yg menarik. thanks 🙂
@Planet Orange: Petembak Indonesia juga punya reputasi yang baik dan juga persenjataan yang mumpuni.
@DikMa: Kayak gimana maksudnya, Mas?
@PL: Tentunya tidak lagi dipakai, Mas.. Karena tentunya juga mengikuti standar perkembangan senjata sniper saat ini. Di kalangan penembak, senjata ini masih digunakan.
kalo sekarang
senjata kaya gitu masih di pake nggak ya
wah, senjatanya koq kaya itu pak
Kalau di Indonesia bagaimana kekuatan pasukan sniper nya yak…?
Penggemar campursari Mas.. Hihihi..
Semua kemiliteran bikin seneng hati..
nice info.. penggemar sniper juga ya mas? 😀
Kalo dari cerita sih Soviet Sob..
Mantap bro …
Jadi sebenarnya Soviet atau Jerman dalam Perang Dunia II yg banyak memanfaatkan sniper?