Melinting pada zaman yang modern ini menjadi sebuah keunikan yang jarang sekali dijumpai. Maraknya rokok yang ‘tinggal bakar dan hisap’ membuat para penikmat rokok linting kian hari mulai menurun.
Rokok – rokok di pasaran tersebar dalam berbagai variasi seperti rokok filter, non-filter, cerutu, rokok elektrik, dan rokok lainnya.
Dengan fakta tersebut ternyata tidak menyurutkan inovasi dan kreasi para pelinting rokok di zaman ini. Banyak terobosan – terobosan yang diluncurkan untuk mengangkat kembali eksistensi rokok linting di Indonesia.
Salah satu terobosan itu adalah Paperka. Berikut jabaran Paperka yang sangat menarik hati para penikmat rokok linting.
Paperka resmi didirikan pada tahun 2016 yang berasal dari kepanjangan Paguyuban Perokok Kawung. Paperka sendiri diawali dengan niatan untuk menghapus stigma para perokok di Indonesia bahwasanya perokok linting itu dianggap kuno atau kolot.
Memang rata – rata yang melinting di zaman sekarang ini adalah masyarakat dengan kelas usia diatas 40 tahun. Padahal, melinting sangat memberikan pengalaman dan rasa yang sesungguhnya dari tiap hisapan tembakau.
Target pemasaran Paperka adalah anak muda yang cukup umur untuk merokok. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan misi Paperka, yakni menumbuhkan kecintaan masyarakat untuk melinting tembakau.
Tembakau Paperka ini sangatlah berbeda dengan tembakau yang biasa di temui di toko tembakau atau kios – kios yang menjual tembakau. Paperka memiliki rasa yang bervariasi dengan harga yang terjangkau.
Biasanya, rasa – rasa dalam merokok hanya dijumpai pada rokok – rokok tertentu dan juga liquid vape. Dalam rokok biasa, rasa yang muncul biasanya terdapat pada filter sehingga terdapat rasa yang kurang kuat dari tiap hisapannya.
Sementara itu, rasa dalam Paperka melebur satu dengan saus tembakau sehingga di tiap hisapannya menyebar rasa yang khas. Selain dari rasanya, daya tarik Paperka pun timbul dari aroma tembakaunya. Saat bungkus dibuka, seakan – akan aroma tembakau dan rasa memaksa masuk ke dalam hidung untuk menikmati aromanya.
Aroma dari tembakau ini tidak hanya bertahan sebelum dibakar saja, namun juga setelah dibakar asap tembakau Paperka dipercaya dapat mengundang perhatian penghirupnya akan wanginya yang masih sama seperti sebelum di bakar.
Paperka hadir dipasaran dalam berbagai varian rasa. Terdapat 3 kategori dalam rasa tembakau Paperka:
- Bako Mole,
- Milky, dan
- Mint.
Tiap kategori tersebut memiliki rasa yang berbeda. Untuk Bako Mole terdapat rasa Vanilla, Leci, Blueberry, Lemon, Tiramisu, Cociks, Stroberi, Cappuccino, Apel, Moka, Anggur, Aromatic, dan Stingpriw.
Untuk jenis Milky terdapat rasa Vanilla, Capuccino, Mocha, Stroberi, Blueberry, dan Pisang. Untuk jenis Mint terdapat rasa Leci, Ceri, Blackberry, Anggur, Nanas, dan Stroberi.
Varian rasa tersebut tentunya menjadi sebuah ciri khas, karena konon Paperka adalah tembakau linting pertama yang memiliki varian rasa. Tidak ada tembakau rasa lain selain Paperka yang dapat dijumpai di Indonesia.
Kehadiran Paperka sesungguhnya adalah sebuah nilai positif yang berasal dari kesadaran akan hilangnya kebiasaan turun – temurun, yakni melinting. Pendiri Paperka sendiri berkeinginan untuk mengembalikan kejayaan melinting di zaman modern ini.
Tujuannya bukan lain untuk menumbuhkan persaudaraan dan rasa kebersamaan para perokok. Dalam melinting bersama, pasti ada komunikasi dan hubungan antar perokok. Dari komunikasi tersebut pastinya berkembang menjadi sebuah nilai positif yang bermanfaat bagi bersama.
Tujuan tersebut hendaknya diterima dengan tangan terbuka sebagai upaya untuk menjaga kerukunan dan kesejahteraan sosial masyarakat.