Tidak Lama setelah pesawat tempur F-15T Strike Eagle diumumkan sebagai pemenang tender di Singapura, ada teman penulis dari salah satu Industri pertahanan di Eropa menanyakan apakah ada kemungkinan pesawat produk industrinya untuk mendapat kesempatan menang dalam tender disalah satu Negara Asia Tenggara?
Penulis dengan skeptis menjawab, apabila ada peserta tender dari industri pesawat tempur dari Amerika Serikat yang turut dalam tender tersebut, lebih baik anda mundur dari pada membuang- buang waktu dan biaya.
Ada sementara kalangan pengamat yang memberikan ulasan bahwa kemenangan F-15T Strike Eagle di Singapura terhadap Eurofighter Typhoon di Singapura maupun di Korea Selatan bukanlah atas dasar perbandingan kemampuan atau spesifikasi, tetapi lebih kepada politis.
Tentunya hal ini masih perlu dibuktikan secara teknis maupun dari segi ekonomisnya, bukan hanya sekedar politisnya saja.
Boeing F-15T Strike Eagle Merupakan pesawat jenis dual-role; lone-range interdiction Fighter dan tactical aircraft versi baru yang merupakan varian dari versi F-15E Strike Eagle, sama halnya dengan versi F-15K. Pemerintah Korea Selatan membeli 40 unit versi F-15K (vesi K merupakan versi T untuk Korea Selatan) dengan nilai kontrak 4,6 milyar dollar AS pada tahun 2002, untuk penyerahan sampai dengan bulan Agustus 2008.
F-15T merupakan Fighter bermesin ganda dengan kemampuan terbang dengan kecepatan maksimum Mach 2,5 (1.875 mph) dan jarak tempuh ferry sampai 3.500 mil dan ketinggian terbang 20.000 meter dari permukaan bumi (65.000 kaki).
F-15E pertama kali diterbangkan pada tahun 1986, dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara yang dapat ditembakkan menuju sasaran dari jarak beyond visual range. Juga memiliki kemampuan serang darat dengan menjatuhkan bom seberat 24.000 lbs. Sejak tahun 2001 pihak Angkatan Udara Amerika Serikat menggunakan secara ekslusive pesawat F-15E untuk operasi close-air support.
Atas dasar kontrak dengan AU AS pada april 2001, Boeing melakukan upgrade pada set kendali penembakkan yang dapat deprogram berikut piranti lunaknya untuk dapat mengoperasikan persenjataan baru seperti Joint-Direct Attack Munition (JDAM), Joint Standoff Weapon (JSOW) dan Wind-Corrected Munition Dispenser (WCMD). Perangkat penglihat malam hari juga disempurnakan serta tiga unit active-matrix liquid crystal display (AMLCD).
Pada versi K Strike Eagle dilengkapi dengan system peta digital, computer pendukung misi dan radar jenis active electronically scanned array APG-63(V)3 dari pabrik Raytheon. Selain itu dilengkapi perangkat untuk peperangan elektronika termasuk radar peringatan jenis IEWS ALR-56C(V)1 dan Sistem countermeasure dispenser IDS ALE-47 dari BAE Systems.
Untuk radar jammer digunakan jenis ALQ-135M dari Northrop Grumman. Perangkat visual tambahan bagi pilot dipasok oleh pihak Lockheed Martin berupa Tiger Eyes sensor dengan targeting pod(mid-wave staring array FLIR, laser dan CCTV), navigation pod (terrain following radar and mid-wave staring array FLIR), serta Long-Range IRST (Infrared Search and Track).
Perangkat identifikasi kawan atau lawan juga dipasok oleh BAE Systems berupa IFF AN/APX-133, sedangkan perangkat data link dipasok oleh MIDS fighter datalink. Kelengkapan cockpit berupa lima buah flat panel colour display (FPCD), empat buah multipurpose display (MPD) berukuran 6 inci serta HUD wide field of view, dipasok oleh Kaiser Electronics. FPCD dan MPD menggunakan teknologi AMLCD (active matrix liquid crystal display).
Secara umum F-15E diawaki oleh dua personil yaitu pilot dan weapon system officer (WSO), namun diberitakan bahwa Singapura juga memesan varian untuk pilot tunggal guna menghemat biaya operasional pilot..
Untuk meningkatkan kemampuan pesawat dan awaknya, disiapkan juga helmet khusus yang dapat terintegrasi dengan system pesawat terutama dengan perangkat persenjataan dan informasi taktis. Perangkat baru ini disebut sebagai Joint Helmet-Mounted Cueing System (JHMCS) yang dikembangkan oleh Vision System International dalam jumlah terbatas.
F-15E mamiliki kemampuan untuk membawa persenjataan seberat 23.000 lbs. Variasi persenjataan yang dapat dibawa antara lain empat unit AIM-9L Sidewinder, lebih dari empat buah AIM-7F/M Sparrow, atau delapan unit AMRAAM. Untuk serang darat persenjataan yang dapat dibawa antara lain Guided Bomb GBU-10, GBU-12, GBU-15 dan GBU-24, serta AGM-65 Maverick. Untuk selanjutnya F-15E akan merupakan pesawat pertama yang akan dipersenjatai dengan Guided Bomb GBU-39 (GPS-guided Small Diameter Bomb), dimana satu pesawat dapat membawa 12 bom jenis ini.
GBU-15 (Glide Bomb) saat tengah di upgrade dengan penuntun GPS. Persenjataan lainnya dalah merupakan senjata Gatling caliber 20mm M-61A1 dengan kemampuan penembakan rata-rata 4.000 atau 6.000 tembakan per menit.
Targeting. Untuk menentukan target di darat pesawat ini dilengkapi dengan synthetic aperture radar display Raytheon APG-70 yang dapat menyajikan gambar dengan kualitas sangat tinggi. Perangkat navigasi LANTRIN yang terdiri dari sensor FLIR yang menghasilkan gambar video pada HUD, serta radar penjejak permukaan bumi.
Setelah memperoleh informasi gambar radar atas areal target, awak F-15E dapat menentukan target dengan memposisikan cursor pada layar saji radar. Data target akan disalurkan ke LANTRIN untuk digunakan oleh penjejak FLIR untuk selanjutnya melakukan pembidikan untuk senjata udara-ke-darat dari jarak lebih dari 10 mil.
F-15E juga dilengkapi dengan perangkat Pernika, termasuk RWR AN/ALR-56C, radar Jammer AN/ALQ-135(V), serta pemberi peringatan dini AN/ALQ-128. AN/ALQ-135 telah di upgrade oleh Northrop Grumman menjadi standard Band 1,5. Juga dipasangi chaff dispenser AN/ALE-45 dari BAE Systems.
Untuk pengendalian penerbangan F-15E dilengkapi dengan flight control triple-redundant Astronics dari BAE Systems. Mesin pendorong pesawat berupa turbofan engine Pratt&Whitney F-100-PW-229 dengan daya dorong 29.000 lbs per mesin. Pengendali mesin menggunakan system elektronik digital. Pilot dapat melakukan akselerasi mesin dari tenaga nol sampai tingkat maksimum afterburner dalam waktu empat detik.
Dimensi pesawat: Bentang sayap 13,05 meter, panjang keseluruhan 19,45 meter, tinggi 5,64 meter. Maksimum gross take-off weight 81.000 pon (36.700 kg). Luas bidang sayap 56,5 meter persegi. Berat kosong 12.700 kg.
EUROFIGHTER TYPHOON. Merupakan pesawat tempur multi-role bermesin ganda yang sangat lincah, dengan rancangan canard-delta. Dirancang dan dibuat oleh konsorsium Negara-negara Eropa Barat yang terbentuk pada tahun 1983. Namun pada tahun 1985 pihak Perancis mengundurkan diri karena mereka mengembangkan pesawat tempur barunya sendiri yaitu Dassault Rafale.
Pada bulan Agustus 1986, pihak BAe meluncurkan prototype EAP, rancangan ini kemudian pada 27 Maret 1994 dirujuk sebagai cikal bakal Typhoon dengan sebutan Eurofighter EF2000. Pilot penguji dari MBB Peter Weger menerbangkan pesawat prototype tersebut diatas udara Bavaria.
Tidak lama setelah penerbangan tersebut diperoleh kontrak untuk produksi tahap akhir, dimana pihak Inggris memesan 232 unit, Jerman180 unit, Italia 121 unit, dan Spanyol 87 unit. Untuk pesanan tahap pertama direncanakan sebanyak 148 pesawat. Pembuatannya kemudian menjadi tanggung jawab Eurofighter Jagdflugzeug GmbH, Munich yang merupakan milik dari BAE Systems (d/h/ British Aerospace-BAe), Alenia Aerospazio di Italy, dan EADS Deutschland Aerospace Group (d/h DaimlerChrysler bergabung dengan Deutsche Aerospace AG), dan EADS Spanyol (d/h CASA).
Produksi pertama berupa empat seri pesawat untuk masing-masing Negara yang berpartisipasi diterbangkan pada Februari 2003 dan pengesahan penerimaan dilakukan pada tanggal 30 Juni 2003. Produksi seri pertama dengan versi tempat duduk ganda diserahkan kepada pihak Jerman pada Agustus 2003, dan untuk pihak Spanyol pada September 2003, untuk pihak Inggris bulan Desember 2003, sementara untuk pihak Itali dilakukan pada bulan Februari 2004. Sementara untuk Batch-2 berupa versi tempat duduk tungal diserahkan kepada ke-empat Negara tersebut pada awal tahun 2005. Total sekitar 50 unit pesawat telah diserah-terimakan.
Pihak Eurofighter meng-klaim bahwa kemampuan Typhoon ini dapat diperbandingkan dengan F/A-22 Raptor atau F-35 yang sedang dalam tahap pengembangan, maupun Rafale yang dikembangkan oleh Dassault.
Typhoon merupakan pesawat tempur dengan daya maneuver yang sangat tinggi kemampuannya. Kecepatan maksimum tanpa melakukan pemanasan ulang (reheat) sekitar Mach 1,5 (kecepatan ini akan menurun menjadi Mach 1,3 saat dimuati dengan persenjataan untuk pertempuran udara-ke-udara seperti rudal Meteor dari MBDA). Kecepatan maksimum diatas permukaan daratan adalah Mach 2+ sementara untuk kecepatan maksimum ideal diatas pemukaan laut adalah Mach 1,2.
Mesin pendorong pesawat ini adalah EJ2000 yang dibuat oleh Eurojet GmbH, Minich yang dimiliki oleh Rolls-Royce, MTU Aero Engines, Fiat Aviazione dan ITP. Setiap mesin memiliki kemampuan daya dorong sebesar 90kN (full reheat) dan 60kN (pada dry power mode). Tampilan mesin; digital control; wide chord aerofoil and single crystal turbine blades; a convergent/divergent exhaust nozzle; and integrated health monitoring. Dua mesin EJ2000 mampu mendorong pesawat untuk terbang dengan berat take-off maksimum seberat 23.000 kg. (Berat kosong pesawat 10.995 kg). Total combat trust 180kN (40.000 lbs). Untuk tingal landas diperlukan landas pacu sepanjang 700 meter. Pesawat mampu melakukan maneuver dengan g-limit antara +9g sampai -3g.
Rancangan pesawat mengadopsi teknologi stealth dimana konstruksi pesawat menggunakan bahan carbon fire composite, glass-reinforced plastic (GRP), aluminium lithium, titanium dan aluminium casting. Bagian depan pesawat/delta configuration menekankan kemampuan aerodinamik yang tinggi untuk mempertinggi kelincahan gerak terutama pada kecepatan supersonic, low drag dan enhanced lift. Pilot mengendalikan pesawat dengan system computer fly-by-wire.
Perangkat kendali pilot berupa voice-throttle-and-stick system (VTAS). Dimana pada bagian atas stick and throttle terdapat 24 tombol untuk mengoperasikan perangkat sensor dan persenjataan, defence aid management dan inflight handling. Input suara secara langsung akan memudahkan pilot dalam pengendalian atau memilih mode opeasi.
Sistem kendali penerbangan quadruplex fly-by-wire memiliki sarana ALSR (Automatic Low Speed Recovery system) yang memberikan masukan kepada pilot berupa peringatan kecepatan rendah baik secara visual maupun suara, dan bila diperlukan, secara otomatis mengambil alih pengendalian pesawat dan mengembalikan ke pola penerbangan yang aman.
Head Up Display dan helmet khusus (Striker Helmet Mounted Symbology System – HMS) dari BAE Systems, akan menampilkan data referensi penerbangan, pembidikan senjata dan gambar FLIR. Cockpit dilengkapi dengan tiga head-down display multi-fungsi dan berwarna yang akan menampilkan data situasi taktis, status system dan peta.
Perangkat sensor yang dipasang pada Typhoon berupa CAPTOR (ECR 90) multi-mode X-band pulse Doppler radar. Multi-mode radar dengan tiga kanal processing. Kanal ketiga digunakan untuk jammer classification, interference blanking dan sidelobe nulling.
Untuk meringankan beban kerja pilot, system sensor dirancang sedemikian rupa yang disebut sebagai teknik sensor fusion (kurang lebih serupa dengan teknik yang diterapkan pada pesawat F-22 Raptor). Fusi dari semua sumber data dicapai melalui AIS (Attack and Identification System). AIS akan mengkombinasikan semua data dari perangkat sensor yang ada dipesawat maupun informasi yang diperoleh dari luar seperti yang dikirimkan oleh pesawat AWACS, ASTOR, JSTARS atau pesawat Typhoon lain melalui hubungan MIDS (Multi-function Information Distribution System).
Adalagi perangkat yang disebut sebagai PIRATE (Passive Infra-Red Airborne Track Equipment), dipasang pada bagian sisi badan pesawat. Beroperasi pada 3-5 dan 8-11 micron spectral band. Bila digunakan bersama dengan radar pada operasi udara-ke-udara, fungsinya akan sebagai sistem Infrared Search and Track (IRST), akan memberikan data deteksi target dan penjejakan secara pasif. Pada peran operasi udara-ke-permukaan, akan menampilkan kemampuan multiple target acquisition and identification, juga memberikan bantuan navigasi dan pendaratan. PIRATE memberikan gambar yang dapat dikendalikan ke layar saji yang ada di helmet.
Persenjataan yang dapat dibawa oleh Typhoon antara lain senapan mesin caliber 27mm (Mauser BK). Typhoon dilengkapi dengan 13 titik pemasangan persenjataan, masing-masing empat titik pada setiap bagian bawah sayap, dan lima pada bagian bawah badan pesawat. Pemilihan pengoperasian dan status persenjataan dilakukan dengan bantuan ACS (Armament Control System). Persenjataan yang dibawa akan bergantung kepada misi tempur yang akan dilakukan oleh pesawat. Jenis-jenis persenjaaan antara lain BVRAAM (Beyond Visual Range AMRAAM), misil udara-ke-udara jarak pendek (ASRAAM), misil anti radar (ARM), bom GBU-24 Paveway III/IV, misil anti lapis baja Brimstone dan berbagai persenjataan pesawat tempur lainnya.
Untuk mempertahanan diri dalam pertempuran Typhoon dilengkapi dengan DASS (Defensive Aids Sub-System) yang diakomodasi dalam struktur pesawat dan system avionicnya. DASS akan memberikan semua prioritas kajian ancaman dengan respon otomatis (baik untuk ancaman tunggal atau pun jamak). DASS terdiri dari ECM/ESM, front and rear missile approach warners, supersonically capable towed decoy system, laser warning receivers dan SaabTech Electronics BOL chaff and flare dispencing system. Sistem avionic merupakan databus standar NATO dengan saluran fibre optic. DASS merupakan kelengpan dari AIS (Attack and Identification System).
Dimensi Typhoon adalah; bentang sayap 10,95 meter, wing aspect ratio 2:205, luas bidang sayap 50 meter persegi, panjang pesawat keseluruhan 15,96 meter dan tinggi pesawat 5,28 meter.
WALAUPUN Typhoon diminati oleh banyak Negara Eropa, suatu fakta bahwa dalam persaingan di Singapura pesawat ini dikalahkan oleh F-15T.