Embargo pesenjataan oleh negara-negara seperti AS, Inggris, Jerman dan beberapa negara Eropa Barat lainnya sangat berpengaruh kepada keberadaan Alut Sista TNI dewasa ini.
Setelah hampir sepuluh tahun berlakunya embargo terhadap Indonesia tersebut menjadikan beberapa Alat Peralatan TNI menjadi tidak efisien. Bukan saja dikarenakan kesulitan dalam perawatan dan pemeliharaan peralatan yang ada, bahkan untuk membeli peralatanh baru juga tidak memungkinkan. Ditambah lagi untuk menggunakan peralatan yang telah dimiliki juga mengalami berbagai hambatan.
Contohnya adalah untuk mengoperasikan tank Scorpion atau pesawat tempur Hawk-109/-209 didaerah operasi dalam menghadapi separatisme juga diprotes oleh pemerintah negara pembuatnya, Inggris.
Lalu langkah apa yang harus ditempuh oleh TNI dalam memenuhi kebutuhan Alat Peralatan Utama-nya?
Seperti kita maklumi bahwa dalam memenuhi kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata, biasanya TNI sangat bergantung kepada pembelian dari luar negeri dimana anggarannya juga menggunakan alokasi Ekspor Kredit yaitu berupa pinjaman yang biasanya diberikan oleh negara yang memasok peralatan terkait. Untuk memenuhi kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata TNI pemerintah masih belum mampu menyediakan dana tunai karena alokasi yang ada untuk memenuhi kebutuhan rutin saja sudah kurang mencukupi.
Salah satu langkah yang telah ditempuh adalah dengan mencari negara pemasok baru yang umumnya pada era perang dingin disebut sebagai negara blok Timur. Dapat kita lihat antara lain pesawat tempur Sukhoi, helikopter Mi, perluncur roket multi laras dsb. Sementara industri strategis dalam negeri sendiri masih belum mampu untuk mendukung kebutuhan TNI.
Pada masa orde baru, pemerintah memang menyediakan anggaran khusus untuk pembelian Alat Peralatan produksi Industri Strategis Nasional, yaitu melalui program On-Top yang sekarang sudah tidak ada lagi. Ternyata pembelian peralatan dari Industri dalam negeri juga terhambat dengan jadwal waktu penyerahan pesanan yang relatif lambat. Dan lagi setelah terjadinya krisis moneter perusahaan-oerusahaan industri strategis tersebut mengalami kesulitan permodalan yang sangat signifikan sehingga saat ini keberadaannya berada dibawah Departemen Keuangan.
Dilema yang dihadapi baik dari segi alokasi anggaran maupun keberadaan Alat Peralatan juga sangat memprihatinkan. Banyak asset peralatan TNI yang usianya sudah tua, seperti pesawat angkut Hercules, tank AMX-13 dll. Hal ini memerlukan pemikiran yang serius bagi TNI. Kapal-kapal perang maupun kapal patroli TNI-AL juga banyak yang sudah berusia lanjut dan memerlukan perawatan dan perbaikan yang biayanya sangat tinggi. Dalam hal TNI-AL, Kasal telah membuat terobosan dengan mengadopsi KAL-35 yang diproduksi didalam negeri serta sejumlah kecil Kapal Patroli Cepat kelas Todak yang diproduksi oleh PT. PAL Indonesia.
Kiranya kedepan kita perlu memikirkan bagaimana industri strategis nasional mampu memenuhi kebutuhan TNI.