Delta War Game Zone, Merasakan Perang yang Sesungguhnya

(Liputan Kompas Minggu, 5 April 2005)

HIDUP di kota metropolitan yang kompetitif dalam segala aspek, ditambah lagi udara panas dan lalu lintas yang macet tidak kenal waktu, memang mudah memicu masyarakatnya stres. Kalau sudah begitu, hari libur mestinya menjadi waktu yang sangat ditunggu untuk mengembalikan pikiran dan fisik kembali segar.

BERBAGAI cara dilakukan untuk mengisi liburan. Salah satunya adalah berlatih perang-perangan yang mirip perang sungguhan (airsoft war game), yakni sebuah permainan yang bersifat menyenangkan, menantang, dan mendidik.

Pada akhir pekan lalu, di kawasan Kota Delta Mas, Desa Sukamahi, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, belasan orang dewasa yang mengenakan pakaian loreng-loreng ala tentara dari berbagai negara, lengkap dengan replika senjata laras panjang atau pistol, memasuki hutan sengon yang memberikan keteduhan dalam cuaca yang panas menyengat kulit.

Permainan perang-perangan Code 4 Team

Mereka mengambil posisi sesukanya. Ada yang berdiri, berjongkok, atau tiarap di antara pepohonan sengon yang berdiri rapat untuk menanti serbuan musuh yang siap menghancurkan pasukan atau bertahan ini.

Sementara itu, dari kejauhan tampak pasukan bersenjata lain dengan seragam hitam-hitam menuruni jalan berbukit untuk menuju hutan sengon yang telah dijaga pasukan loreng-loreng. Dengan tatapan mata yang waspada sambil menyiagakan senjata di tangan, pasukan penyerang ini mengarahkan pandangan ke pohon-pohon sengon untuk menemukan persembunyian “tentara-tentara” yang harus diganyang.

Perang sebenarnya pun dimulai. Tiba-tiba desingan peluru berseliweran dari arah persembunyian pasukan bertahan yang keberadaannya hampir sulit dideteksi karena seragam tentara yang hijau menyerupai pohon dan semak-semak di sekitarnya.

Permainan peperangan airsoft, skenario gurun pasir

Pasukan penyerang yang mulai merasakan perlawanan pun segera menyebar ke bagian hutan sengon di seberangnya. Mereka mengendap-endap di antara pepohonan untuk bisa mencari celah masuk ke dalam persembunyian lawan. Aksi saling tembak untuk bisa lebih dahulu “membunuh” musuhnya semakin agresif. Kejar-kejaran tak terhindarkan lagi dalam upaya untuk menembak atau menghindar saat musuh berhasil masuk ke dalam zona pertarungan.

Saat baku tembak semakin seru, tiba-tiba seorang tentara dari pasukan bertahan mengangkat senjata ke atas kepala dengan kedua tangannya sambil mengucapkan, “Hit-hit”, yang menandakan dirinya terkena tembakan lawan. Tentara itu pun harus memisahkan diri untuk masuk ke dalam zona aman.

Tak lama kemudian, satu per satu tentara dari pasukan bertahan berguguran dan semakin menambah daftar orang yang harus masuk dalam zona aman. “Peluru kena di goggle tadi,” kata seorang tentara menjelaskan saat ditanya rekannya mengapa dia bisa tertembak.

Dalam waktu sekitar 30 menit, peperangan usai karena pasukan penyerang berhasil menyusup ke tempat pertahanan pasukan bertahan. Kelelahan tampak di wajah peserta permainan “perang-perangan” yang tergabung dalam Klub Bravo Brigade. Mereka merebahkan diri di atas rumput hijau sambil menghirup napas dalam-dalam. Meskipun energi terkuras, peserta dari beragam latar belakang profesi di Jakarta dan sekitarnya itu tampak menikmati kesenangan melakukan perang-perangan.

MENURUT Yogi Indradi, salah satu pengurus KIub Bravo Brigade, hobi yang memberikan kesempatan untuk mereka seolah bersandiwara, berlaku, bertindak, berpikir, dan berpakaian secara militer, termasuk menjalani pertempuran yang membolehkan mereka saling menembak dengan replika senapan berpeluru plastik berukuran 6 milimeter, mulai digemari banyak kalangan, terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota lainnya.

Kesenangan yang sama akhirnya membuat mereka membuat klub tersendiri. Klub Bravo Brigade yang dibentuk dua tahun lalu beranggotakan 80 orang. Klub ini bermain secara rutin di daerah Gunung Putri, Bogor.

“Senjata yang dipakai hanya mainan. Tidak membahayakan. Lagi pula ada aturan tak boleh menembak pada jarak 10 meter dan tak boleh leher ke atas. Untuk aman, yang namanya goggle atau masker wajah harus dipasang selama permainan. Hobi ini memang mahal, tetapi menyenangkan,” ujar Yogi yang bekerja di salah satu perusahaan asing di Jakarta.

Kebanyakan orang yang hobi dengan airsoft war game ini memiliki perlengkapan sendiri. Mulai dari seragam tentara, senjata, dan aksesori lainnya yang harganya bisa mencapai Rp 30 juta lebih. Buat yang sudah ketagihan, biaya yang terbilang mahal itu tidak lagi masalah.

“Kami bermain rutin dan kesempatan ini juga jadi ajang bersosialisasi buat anggota. Baru ini kami mencoba main di Deltamas. Medannya cukup menantang karena panas dan luas. Saya rasa Deltamas bisa jadi salah satu pilihan tempat bagi klub airsoft war game lainnya yang ada di Jakarta dan sekitarnya,” ujar Yogi.

Code 4 Team, shooting untuk Trans TV

Klub lain yang juga cukup aktif adalah Tim Code 4 Airsoft Team. Di website www.code4team.com disebutkan, klub ini didirikan Irwan H. Nuswanto, praktisi internet yang memiliki hobi mengoleksi mainan senjata replika airsoft gun sekaligus menggunakannya untuk permainan perang-perangan pada tahun 2000.

Sampai 19 Juli 2003 telah tercatat 58 anggota, dengan kegiatan rutin permainan peperangan dua minggu sekali, kunjungan ke luar kota dua bulan sekali dan beragam acara, serta event yang bertujuan untuk rekreasi sekaligus beraktivitas.

Dalam permainan yang menggunakan senjata tiruan itu, peserta memang ingin bermain, bersantai, dan berolahraga. Menang atau kalah bukanlah hal yang utama. Setiap peserta dituntut untuk jujur. Berbeda dengan Paintball yang menandai peserta yang tertembak dengan cat, untuk permainan ini tidak ada tanda yang terlihat.

Karena itu, sportivitas untuk keluar dari arena permainan begitu tertembak sangat dijunjung tinggi. Permainan yang membuat peserta dapat merasakan perang yang sesungguhnya ternyata membuat banyak peserta ketagihan dan rutin mengikuti setiap acara yang digelar.

Menurut General Manager Kota Deltamas Chandra Sugiarto, untuk menjadikan Kota Deltamas sebagai regional center, segala fasilitas harus tersedia, termasuk pula adanya leisure park atau tempat rekreasi yang direncanakan seluas 70 hektar. “Kami ingin menjadikan kawasan ini lengkap, baik untuk hunian, tempat usaha, maupun tempat rekreasi. Untuk penggemar airsoft war game, rasanya tempat ini cukup menantang. Dan memang rencananya akan bekerja sama dengan klub yang ada untuk mengembangkan permainan ini di Kota Deltamas,” kata Chandra.

www.kompas.com/kompas-cetak/0504/05/metro/1659900.htm

1 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.