Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto mengemukakan, beberapa negara barat hingga kini masih menerapkan embargo peralatan militer, sehingga kesiapan sistem senjata, utamanya senjata strategis, mengalami penurunan drastis.
“Kondisi seperti ini tentu sangat memprihatinkan,” katanya dalam sambutan pada pemotongan baja pertama, first steel cutting, pembuatan Kapal Korvet Nasional di PT PAL Indonesia, Surabaya, Jumat.
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto mengemukakan, beberapa negara barat hingga kini masih menerapkan embargo peralatan militer, sehingga kesiapan sistem senjata, utamanya senjata strategis, mengalami penurunan drastis.
“Kondisi seperti ini tentu sangat memprihatinkan,” katanya dalam sambutan pada pemotongan baja pertama, first steel cutting, pembuatan Kapal Korvet Nasional di PT PAL Indonesia, Surabaya, Jumat.
Belajar dari situasi seperti itu, khususnya dalam mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, lanjutnya, TNI terus berupaya mencari berbagai alternatif termasuk diantaranya meningkatkan kerjasama dengan industri-industri startegis dalam negeri.
Kerjasama tersebut, katanya, selain untuk memajukan industri nasional dalam mewujdukan kemandirian teknologi juga agar industri strategis Indonesia akan dapat berperan sebagai pelopor kegiatan riset dan pengembangan teknologi kemiliteran dan selanjutnya mampu memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista).
Menurut Panglima TNI, pembangunan kemampuan pertahanan merupakan faktor penting dan menentukan untuk mewujudkan suatu bangsa maju dan mandiri. Pembangunan bidang pertahanan tidak terlepas dari sejarah teknologi bangsa Indonesia. “Era kebangkitan teknologi telah kita mulai,” ucapnya.
Karena itu, dalam acara yang dihadiri Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rini MS Soewandi, KSAL Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh dan sejumlah perwira tinggi tersebut, Endriartono Sutarto, menyampaikan pernghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan korvet nasional.
Panglima TNI optimistis dengan upaya keras serta komitmen dan tekad bersama akan dapat mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang mau dan mandiri.
Di masa datang, katanya, program-program pembangunan kapal seperti dilakukan di PT PAL Indonesia bisa terus didukung sehingga secara bertahap kebutuhan alutsista TNI dari hasil produksi nasional.
Momen bersejarah
Panglima TNI menilai, acara first steel cutting Kapal Korvet Nasional di PT PAL Indonesia memiliki arti strategis sebagai refleksi rasa tanggung jawab serta tekad dan semangat untuk mengaktualisasikan terwujdunya TNI yang kuat dan handal.
Selain itu, lanjutnya, momen itu juga merupakan momen bersejarah sebagai embrio atas kemandirian nasional bangsa Indonesia dalam pembangunan kekuatan militer, khususnya pembangunan kapal perang.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia membutuhkan Angkatan Laut yang kuat maka Indonesia dapat menegakkan kewibawaan dan kehormatan terhadap pihak-pihak yang berupaya melakukan pelanggaran kedaulatan maupun pelanggaran hukum di wilayah laut Indonesia.
Karena itu, konsekuensi tantangan tugas TNI AL kedepan yang semakin kompleks, maka pembangunan kekuatan TNI AL di abad 21 menuju Angkatan Laut yang besar, kuat dan profesional mutlak dibutuhkan.
Pembangunan kemampuan pertahanan merupakan faktor penting dan menentukan untuk mewujudkan suatu bangsa maju dan mandiri. Pembangunan bidang pertahanan tidak terlepas dari pembangunan bidang teknologi pertahanan yang intinya adalah penguasaan teknologi pertahanan.
Program korvet nasional, kata Endriartono Sutarto, awalnya hanya merupakan mimpi, karena kapal jenis korvet adalah merupakan kapal perang berteknologi tinggi.
Namun angan-angan tersebut mendorong tekad untuk menjadikan bangsa Indonesia yang mandiri, tidak tergantung kepada negara lain. Karena itu, pencanangan pembangunan kapal perang Angkatan Laut jenis korvet oleh industri dalam negeri merupakan sebuah sejarah besar dan layak ditorehkan tinta emas dalam sejarah teknologi bangsa Indonesia.