|
Si Vis Pacem Parabellum (prepare for war if you want peace)
Di tulisan gw yang lain, yang kebetulan juga menulis soal AK-47 Gold
Plated banyak memperoleh komentar-komentar. Sebagian besar justru
terpaku pada masalah senjata dan hal buruk yang diakibatkannya seperti
hal yang terjadi di Irak. Lha? itu kan dua hal yang berbeda?? Males
debat disana, gue coba nulis pemikiran gue aja disini aja.
Disclaimer dulu:
- Gue bukan pro peperangan, gue cinta damai.
- Gue bukan membenarkan kekerasan, gue coba menjelaskan sudut pandang lain.
- Gue bukan nyari debat, silahkan dicerna sebagai informasi dari sudut lain saja.
Pertama,
gue setuju. Senjata itu berbahaya. Tapi kalo senjata disalahkan, gue
nggak sepaham. Kenapa? Menurut gue, manusia tetap membutuhkan senjata.
Kalaupun terjadi bermacam penyimpangan penggunaan, tetap manusia yang
bersalah. Bukan senjatanya.
Senjata dan manusia itu sudah hidup
berdampingan ber-abad-abad lamanya. Senjata itu dibutuhkan oleh manusia
untuk membela diri dari keadaan yang keras dan ganas. Zaman purbakala
dahulu, manusia membutuhkan kapak batu untuk membela diri dari hewan
ganas, dll. Bayangkan, apa jadinya kalau senjata tidak pernah tercipta?
Mungkin manusia sudah punah ber-abad-abad lamanya.
Karena
kelemahan manusia juga, perang sudah ada sejak zaman dahulu. Sejak
zaman purbakala manusia berusaha bertahan hidup dengan berperang.
Misalnya berperang karena merebut daerah yang subur, banyak hewan
buruan, atau mungkin karena untuk berkembang biak (berebut pasangan),
dll.
Mungkin tidak salah jika sebuah pepatah latin mengatakan,
"Si Vis Pacem, Para Bellum" yang kalau tidak salah terjemahan bebasnya
menjadi, "Bersiaplah untuk berperang, jika Anda menginginkan perdamaian"
Untuk
bertahan hidup, manusia berperang dengan berbagai alasan. Akibat yang
ditimbulkan karena peperangan antara lain adalah korban jiwa,
kerusakan, dll. Tapi perlu diingat juga, disisi lain, peperangan
menciptakan kedamaian. Mungkin kedamaian tersebut hanya bentuk kecil di
sisi lain (tapi toh tetap harus diingat?)
Misalnya, di negara
kita sendiri. Belanda menjajah kita ratusan tahun lamanya. Di sisi
Indonesia sebagai negara terjajah, banyak kerugian materiil maupun
immaterial, tetapi penjajahan tersebut membawa kemakmuran dan kedamaian
bagi rakyat Belanda toh?
Kita disini susah, diinjak-injak, diperah, dizholimi, tetapi tidak terjadi di Belanda kan?
Beruntunglah
(walaupun setelah ratusan tahun), pendahulu-pendahulu kita berperang
melawan Belanda. Kalau tidak melawannya dengan berperang, bukan tidak
mungkin saat ini Indonesia tidak ada, dan hanya ada koloni Belanda saja.
Peperangan
merebut kemerdekaan tersebut juga ditebus dengan banyak nyawa, banyak
tangis dan air mata. Tapi peperangan tersebut jugalah yang membawa kita
saat ini (dengan segala kerumitannya) hidup dalam damai.
Jika
menengok kasus perang Irak, yang di invasi oleh Amerika. Hal tersebut
menciptakan banyak kekejaman, kekerasan, ketidakadilan dan korban jiwa
di Irak. Tapi hal tersebut juga membawa kedamaian dan kemakmuran untuk
rakyat Amerika (Jelaslaaaah.. ngapain repot-repot berperang for
nothing?)
Senjata yang digunakan disana, sangat beragam banyak dan kedahsyatannya. Menurut saya, lagi-lagi senjata tersebut tidak salah.
Salahkan
kongres Amerika yang menyetujui invasi tersebut.. atau salahkan George
Bush yang memprakarsai perang tersebut.. atau salahkan sekutunya yang
turut membantu.. atau salahkan diri kita yang tidak mampu berbuat
apa-apa juga. :-(
Diluar benar atau salah, mungkin minimum
pepatah tersebut bisa digunakan sebagai acuan pribadi dalam menjalani
hidup. At least, mari bersiap berperang (untuk kehidupan yang lebih
baik).
Tidak perlu jauh-jauh berpikir berperang dalam arti
sesungguhnya untuk melawan kezaliman Amerika. Minimum, mungkin kita
bisa belajar lebih giat (jika masih sekolah), bekerja lebih baik (jika
sudah bekerja) atau berusaha lebih baik lagi.
Mungkin, jika
hidup dianggap sebuah peperangan, bersiap untuk berperang bisa
menciptakan perdamaian (minimum untuk kehidupan kita sendiri).
Mungkin. :-)
Powered by Azrul's Jom Comment |