Who's Online

We have 11 guests online
Home Consciousness Nikmatnya (atau ruginya) Jadi Anak Sekarang
Nikmatnya (atau ruginya) Jadi Anak Sekarang
Written by Irwan Himself   
Sunday, 07 May 2006

Entah itu menjadi berkah, atau justru musibah. Pagi ini gue sedang ngetik email ketika si bungsu Abrams deketin gue. Dengan segala kepolosan anak kecil dia berusaha menarik gue dari depan komputer supaya menghiraukan dia.

 

Lucunya, ketika perhatian gue berpaling ke dia, dan mulai nemenin dia main, dia malah sibuk ngotak-ngatik keyboard Toshiba Portege M200 gue hingga banyak aplikasi yang terbuka.

 

Daripada mencet-mencet nggak karuan, sengaja gue jalanin aplikasi gambar Alias Wavefront supaya dia bisa mencoret-coret semaunya.

Melihat dia mencoret-coret, gue jadi menerawang ke jaman gue kecil dulu.

 

Gue inget, dulu gue dibelikan pinsil warna dan diberi setumpuk kertas untuk mencoret-coret.

 

Sekarang, anak gue punya beragam peralatan menggambar, setumpuk buku mewarnai, dan dapat menggunakan PDA atau tablet pc gue untuk mencoret-coret!!

 

Walah!!?? Itu berkah, atau justru musibah ya? Kemudahan-kemudahan yang banyak kita peroleh di zaman ini, diturunkan ke anak-anak kita. Hingga si bungsu Abrams, bisa mencoret-coret di tablet pc, bisa memencet-mencet digital camera, atau menelpon siapapun dengan handphone, dan lain sebagainya.

Gue baru sadar, anak-anak gue punya perangkat pribadi TV flat 21", perangkat games Playstation2, CD/VCD/DVD player, dan komputer terkini (saat itu Pentium 2,8Ghz) dengan monitor 17"-nya.

Itu baru yang gue berikan. Di luar sana, berapa banyak orang tua yang memberikan lebih banyak lagi fasilitas untuk sang anak?

(Don't talk about they who can't eat! It was another topics)

Anak gue, Kevin (saat ini ditulis berusia 3 tahun 8 bulan) dan Abrams (usia 1 tahun 10 bulan) sudah gue kasih pc sendiri sejak Kevin umur 2 tahun.

Kevin, si sulung, terlihat sangat menyukai PC-nya yang dijejali beragam program untuk anak-anak seperti program pendidikan pra sekolah baik dari luar atau dalam negri. Beragam permainan anak, hingga pendidikan agama, bisa dia dapatkan dari komputernya.

Saat ini, dia bisa mengoperasikan sendiri pc-nya mulai dari start-up hingga shutdown. Dia bisa menyalakan televisinya, untuk memilih channel yang dia sukai. Dia bisa menyalakan playstationnya, cd playernya, dan dia bisa fasih menggunakan camera digital yang gue berikan untuknya atau bermain PDA gue dan Digital video recorder.

Mereka, sejak dini sudah akrab dengan tombol-tombol keyboard, perangkat televisi, musik, mainan, atau seluler, dan lain sebagainya.

Kita sebagai orang tua, terkadang merasa bangga, mereka sudah dapat melakukannya di usia yang relatif muda.

Lalu, kalau itu membanggakan kita, lalu apa si kecil juga bangga? atau dia juga bahagia? Apakah itu berarti kita mencoba memenuhi kebutuhan mereka? atau justru memaksakan kehendak kita?

Kadang mungkin kita sebagai orang tua, menjejali segalanya itu, untuk menuruti kemauan dia, atau kita?

Waktu kita seumur itu, mungkin kita masih bermain pasir, atau berlarian di halaman saja. Kalau ditelaah, waktu gue berumur 2 tahun. TV warna saja belum ditemukan.

Kalau gue bedakan terhadap gue sendiri:

Perangkat 
Gue
Anak Gue
Televisi Pribadi
Televisi 14" - 12 tahun
Televisi 21" - 2 tahun
Games TV Games -  12 tahun Playstation2 - 3 tahun
Hiburan
Tape Compo - 14 tahun
CD/VCD/DVD Player - 3 tahun 
Kamera Foto
Pocket Camera - 13 tahun  Digital Camera 2 Mb - 3 tahun 
Komputer  PC - 13 tahun  PC - 2 tahun 
     

 

Mungkin, masa kecil gue, adalah kemerdekaan gue sebagai anak-anak, untuk hanya melulu bermain.

Anak gue sekarang, merasa merdeka tidak ya?

 

Televisi ada, pemutar musik/video ada, komputer ada, perangkat games ada. Semua ada! Mereka jadi senang, atau justru kita 'merampas' masa kecil mereka?

 

Tanyaken' apa. 

 

Comments (0) >>
Write comment


Write the displayed characters


Powered by Azrul's Jom Comment
 
< Prev   Next >

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia  Google PageRank Checking tool blog search directory Geo Visitors Map  

My Profile


Tell a Friend