SIAPA bilang susah mencari peluang bisnis. Bahkan, peluang bisnis tak ada batasannya, karena batasannya adalah langit dan bisa dimulai dari badan kita.
Hal itu disampaikan usahawan sukses Bob Sadino dalam Seminar Manajemen yang digelar Kelompok Studi Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) UKSW di Balairung, Rabu (8/3). Pembicara lainnya Dosen dan konsultan bisnis Renald Kasali.
Menurut Bob yang tampil menggunakan celana pendek itu, kadang orang tidak mengira bila sesuatu yang sepele merupakan peluang bisnis yang bagus. ‘’Sesuatu yang sepele di tubuh kita bisa dijadikan peluang bisnis mulai dari kepala hingga kaki,’’ ujarnya.
Dia mencotohkan shampo untuk rambut, obat alis mata, kalung, dan lainnya hingga kaki. Sebenarnya semua orang bisa membuat peluang bisnis dari tubuh dan sekitarnya. Bob mengingatkan pula peluang bisnis itu tidak ada artinya bila orang tidak memulai berbuat untuk memanfaatkannya.
Berdasarkan pengalamannya, prakondisi menjadi wirausahawan itu adalah menghilangkan rasa takut memulai, sebab rasa takut kadang membuat orang enggan melangkah.
Lalu, jangan berharap banyak dari usaha yang akan dilakukan, dengan maksud bila gagal tidak membuat kecewa. Hal itu ditunjang pula dengan kemauan keras, tekad, berani ambil risiko, dan harus tahan banting.
Usaha sukses yang dilakukannya sekarang, dimulai dari nol besar.
Dia harus berpikir bagaimana agar bisa besar. Jika Dia menceritakan jika pedagang menjual sayur kangkung dengan harga Rp 350/ikat, maka dirinya bisa menjual kangkung dengan harga Rp 4.000/ikat, bahkan naik hingga Rp 10.000/ikat. Itu dilakukan dengan strategi yang baik, sehingga dagangannya laku keras.
Tak Terbelenggu Teori
Pengusaha di bidang agrobisnis dan lainnya itu mengungkapkan agar mahasiswa tidak terbelenggu dengan teori di kampus. Dia mengumpamakan bahwa teori adalah sampah dan mahasiswa adalah pemulung yang tiada arti.
Artinya, bila teori yang diterima di kampus tidak dapat diolah dengan pemikiran yang logis dan kemauan keras untuk berusaha, maka hanya sebagai sampah. ‘’Jangan jadi mahasiswa atau orang yang text book aja. Itu tidak beda dengan pemulung yang memungut sampah,’’ ujarnya.
Berbeda cara berpikir Bob Sadino yang praktis, Renald Kasali menyodorkan gaya khas akademis. Menurutnya, berpikir formal logis atas analisis data untuk pengambilan keputusan. Namun, seringkali ketika akademisi sudah memiliki data, kadang keputusan belum dapat dibuat, karena berpikir perlu penambahan data.
Kondisi itu yang menurut hematnya seperti apa yang diucapkan Bob Sadino, bahwa berpikir terstruktur itu sampah, karena menjadi penghalang untuk maju.
Jika Bob lebih berbicara secara umum mengenai kewirausahaan, Kasali memfokuskan mencari peluang kewirausahaan dalam masa krisis seperti sekarang. (Surya Yuli P-37)
Sumber : Suara Merdeka
Related posts:




