Ada pertanyaan mengapa Indonesia tidak mengoperasikan alutsista peluru kendali (rudal) dengan jarak sampai 1.000 km (seribu kilometer) dan juga diungkapkan mengenai kemampuan sumber daya manusia nasional dengan banyaknya mantan pekerja PT. IPTN (Kini PT. Dirgantara Indonesia) yang bekerja di luar negeri antaranya disebut di Boeing.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah terbesar adalah udara disusul dengan kawasan laut baru kawasan daratan.
Secara logika keberadaan alutsista peluru kendali (rudal) atau tepatnya jenis rudal jarak jauh dapat diterima, tetapi konsekuensinya untuk dioperasikan di Indonesia apabila terjadi kesalahan pentargetan sasaran akan terkena wilayah nasional sendiri.
Sementara itu untuk Rudal dengan kemampuan jarak mencapai 1000 km sudah dapat dikatakan sebagai rudal balistik (theater ballistic missiles). Sementara ditinjau dari kebutuhan dengan prakiraan ancaman yang ada, masih belum dirasa perlu untuk memiliki theatre ballistic missiles. Sistem pertahanan rudal masih difokuskan kepada pertahanan obyek-obyek vital baik instalasi sipil maupun militer.
Dengan demikian Alut Sista Rudal yang digelar cukup dari kategori jarak pendek atau jarak sangat pendek (dalam system rudal hanud disebut sebagai SHORADS atau V-SHORADS (Short-Range Air-Defence System atau Very Short-Range Air-Defence System) dengan kemampuan jarak tembak mematikan antara 1 sampai 9 km.
Kemampuan Industri Dalam Negeri. Dahulu industri pertahanan dalam negeri atau industri strategis nasional ditangani oleh sebuah badan yang disebut sebagai Badan Pengelola Industri Strategis yang terakhir menjadi PT. Pakarya Industri dan akhirnya bubar.
Kemampuan sumber daya manusia nasional cukup dapat diandalkan, terbukti bahwa banyak tenaga sarjana ilmu pasti yang dapat bekerja di Industri Strategis Internasional bahkan dengan kedudukan yang bergengsi.
Bahkan Republik Indonesia memiliki badan yang bergerak dalam pengembangan peroketan yaitu LAPAN yang terkenal dengan roket “Kartika“nya.
Bahkan diakhir masa jabatan Laksamana Bernard Kent Sondakh sebagai Kepala Staf TNI-Angkatan Laut, terbetik berita dimedia nasional bahwa LAPAN akan mengembangkan Rudal Nasional yang disebut sebagai Rudal Sondakh.
Divisi Senjata PT. Dirgantara Indonesia juga sudah mampu untuk membuat/merakit persenjataan seperti roket sura (FFAR), peluncur roket NDL-40 maupun senjata Torpedo (SUT). Siapa tau kedepan nanti juga dapat dikembangkan Alut Sista Rudal di dalam negeri.
Beberapa jenis Alut Sista Rudal
Nama Rudal Jarak Efektif Kecepatan Patriot (Raytheon, USA) 70 km Max. altitude 24 km Arrow (MLM Div. IAI, Israel) 70 km Velocity Mach 9 Spada 2000 (MBDA, Italia) 60 km High super sonic Spyder (Rafael, Israel) >63 km - Thaad (USA) 200 km - Tunguska M1 (Rusia) 6 km - Roland 2 (Euromissile, Uni Eropa) 6,3 km - Roland 3 (Euromissile, Uni Eropa) 8 km - Starstreak (Short missile, Inggris) 7 km Mach 4 Stinger/Avenger (Boeing, USA) 9 km Mach 2,2 ADATS (Oerlikon Contraves) 10 km Mach 3 MICA (MBDA, Perancis) >10 km > Mach 3 Crotale MG (Thales, Perancis) 11 km Mach 3,5 Pantsyr SI (KBP, IDB, Rusia) 12 km - BAMSE (Bofors, Swedia) 15 km -
Pengembangan. Jerman, Italia dan Amerika Serikat mengembangkan Alutsista Rudal Patriot menjadi MEADS (Medium Extended Air Defence System) yang tujuannya untuk menggantikan Alutsista Rudal HAWK (Homing All-The-Way Killer) dan Patriot.
Tujuan pengembangan Patriot menjadi MEADS adalah untuk melindungi maneuver pasukan dan menjaga instalasi penting terhadap serangan Rudal Balistik Taktis dimasa mendatang, serangan rudal jelajah dengan altitude rendah maupun tinggi, pesawat tanpa awak, pesawat tempur moderen maupun helicopter serang. Dirancang untuk dapat bergerak bersama pasukan reaksi cepat maupun pasukan mobil taktis.
Kontrak persetujuan dari pihak Italia dan Amerika Serikat untuk MEADS ini diterbitkan pada bulan Juli 2004, sedangkan pihak Jerman menandatanganinya pada awal tahun 2005. Diharapkan MEADS sudah dapat diserah terimakan kepada pihak pemakai pada tahun 2012.
Unit penembakan MEADS dilengkapi dengan satu radar kendali penembakan multi fungsi (MFCR/Multi-function fire control radar). Satu Pusat OPerasi Taktis mobil dan unit peluncur (12 PAC-3 missile) dapat dikerahkan dengan sebuah pesawat jenis C-5 Galaxy atau lima buah C-130 Hercules.
Misil PAC-3 (Patriot Advanced Capability) dikembangkan oleh pihak Lockheed Martin Missiles & Fire Control. Pada bulan Pebruari 2004 Lockheed Martin menerima kontrak pesanan 159 unit rudal PAC-3, termasuk 22 rudal pengganti rudal yang dioperasikan dalam operasi Iraqi Freedom. Diharapkan pengiriman rudal keseluruhan dapat dilakukan pada bulan April 2006. (Maliharu/Irwan.Net)